Misi Huruf Untuk Namamu

wpid-wp-1426678970663.jpg

Mari bermain misi huruf :) bisa menyusun nama atau tulisan apapun. Permainan ini mudah dan menyenangkan untuk belajar mengenal huruf dan belajar membaca, cocok untuk anak umur 4-5 tahun yang sudah mulai tertarik belajar membaca.

Permainan ini terinspirasi dari salah satu postingan seseorang di Pinterest (sayangnya pada waktu itu lupa disave tautannya, pas dicari lagi ngga ketemu). Berhubung Akram sudah mulai tertarik belajar membaca, jadi permainan ini cukup membuatnya excited dan sibuk sesaat.

Pertama-tama buatlah denah rumah (mengandalkan ilmu yang ditimba selama 4,5 taun di kuliah haha).
wpid-wp-1426678958812.jpgLalu, buatlah huruf-huruf yang akan disusun menjadi sebuah kata atau nama, di kertas karton seukuran kira-kira 3cm x 3cm, dan sembunyikan/tempel kertas huruf tadi di seluruh perabotan rumah, langsung cocokkan dengan denah dan beri tanda.

wpid-wp-1426679505555.jpg

 Lalu sang anak akan dengan asyiknya mencari huruf harta karun dengan melihat denah rumah (sambil belajar cara membaca denah, arah, orientasi) walau terkadang Akram masih kesulitan, tapi lama kelamaan dia mengerti dimana dia berdiri dan benda apakah yang Ibu gambar di denah :)

wpid-wp-1426678872346.jpg

Bahagia menemukan huruf di bangku teras :)

Langkah terakhir adalah, tempelkan huruf-huruf yang sudah ditemukan di papan namanya :)

wpid-wp-1426678893350.jpg

wpid-wp-1426678861860.jpg

Berhasiiiil! Tak sampai setengah jam misinya selesai :)

Dari lirik lagu sampai kaki anak saya

Ngomong-ngomong soal sompral, lagu-lagu cinta itu kadang sompral ya, ambil contoh lagunya Krisdayanti-Anang yang jaman dulu waktu mereka masih bersama, isinya janji-janji cinta untuk selalu bersama selamanya tak terpisahkan, tapi ternyata janji perasaan hanya milik Allah, mungkin manusia bisanya cuma berdoa untuk terus diberi rasa cinta hanya dengan satu jodohnya seumur hidupnya.

Lalu apa hubungannya dengan kaki anak saya? Rupanya pemikiran batin yang belum pernah keluar melalui kata-kata pun bisa jadi sompral, dulu waktu belum punya anak, saya seringkali membatin dalam hati setiap melihat kaki anak kecil yang banyak bekas luka, saya selalu berpikir, ‘gimana ya ibunya, kok kaki anaknya ngga diopeni (dlm bhs Indonesia : diurusin) sampe kakinya kaya begitu..’ Rupanya dulu pemikiran saya tidak dibarengi doa.. Sekarang.. kaki anak saya tidak mulus… :P

Dulu saya pernah baca artikel di salah satu koran, kata Neno Warisman, ‘Setiap kata yang terucap dari mulutmu adalah doa’.. Nah lo.. Mulutmu Harimaumu.. Sungguh benar kata Rasul, ‘Berkatalah yang baik atau diam’. Namun apa daya, saya hanya manusia yang masih penuh kekhilafan (semoga pun bukan pembenaran). :D

Satu lagi.. semoga kaki anak saya bisa mulus lagi .. Amiiiiin! :)

Stranger Anxiety!

Tidaaaaakkkk
Itu adalah kata favoritnya saat ini..

Setiap ketemu dengan orang baru, atau tamu yang dateng ke rumah, Akram cenderung  selalu beraksi, ketakutan, nangis, teriak, menolak dengan segala cara, atau bahkan bertindak agresif,memukul atau mencakar orang yang baru dia kenal, apalagi kalo orang ini langsung menyapa dengan heboh, berusaha menggendongnya, atau bahkan saking gemasnya sampai mencubit pipi Akram :D.

Lebih pusing lagi ketika dia bersikap seperti itu sama orang yang udah sangat dikenal, seperti nenek, tante, atau bahkan ibu saya! :(

Di satu sisi, saya tau, umur Akram yang 20 Bulan ini memang sedang masa-masanya dia mengalami stranger anxiety (Gelisah ketika berhadapan dengan orang asing), tapi di sisi lain, saya punya perasaan ngga becus jadi orang tua, dengan sedikit teori yang saya tau, saya merasa sudah menerapkan teori dengan benar, tapi kenapa kok Akram masih segitunya banget ya kalo ketemu orang?

Salah satu usaha saya itu dengan mulai sering mengajak Akram bertemu orang baru, dan sebelum moment pertemuan itu terjadi, saya terlebih dahulu mengomunikasikan ke Akram, seperti,
“Akram, nanti ketemu temen ibu yaa, namanya Tante Blabla, nanti akram bilang Halo ya!”,
Setelah ketemu, dia masih tetep beraksi, saya usahakan dia tetap nyaman berada di dekat saya atau di pelukan saya, sesudahnya saya selalu menenangkan, juga tetep mengomunikasikan,
“Akram, tadi kenapa nangis? Akram belum kenal ya sama tante Blabla? Tante Blabla baik kok, temen ibu, pengen main sama Akram, Akram yang baik yaa, bilang halo atau senyum.”

Cara lainnya, saya mencoba untuk selalu memberi prolog kepada orang yang akan bertemu dengan Akram, supaya mereka sebaiknya cuek dulu, karena Akram cenderung lebih merasa nyaman ketika orang yang baru dia temui ini tidak menyapanya duluan atau cuek.. sok jual mahal aja deh :D hehe..
Setidaknya itulah teori yang saya tahu, yaa sudah benar sih, namun rupanya saya saja yang belum cukup sabar dengan prosesnya :D.

Anyway, soal stranger anxiety ini, memang membuat saya jadi agak senewen, karena saya jadi ketar ketir sendiri tiap kali mau ajak Akram ke lingkungan temen-temen, apalagi lingkungan keluarga & kerabat yang jarang ketemu, bawaannya jadi was-wis-was-wos.. Kalau sudah begini, saatnya saya memperbanyak lagi pengetahuan saya soal hal ini, dan setelah saya browsing, inilah sepenggal artikel yang bisa menenangkan saya (walau belum sepenuhnya, apalagi kalau sudah berhadapan dengan kondisi yang serupa lagi hehe :P manusiawi ya sodara2 :P).

Why does toddler stranger anxiety suddenly rears its ugly — and strange — head? Experts aren’t exactly sure. And, adding to the mystery, some kids are gripped by it, while others never feel it at all. One thing experts do know: You didn’t do anything bad to make it happen. On the contrary, stranger anxiety is a natural and normal part of development — and it’s a sign that your child has a healthy bond to you.

Sungguh, penggalan artikel ini membuat saya setengah bernapas lega, apalagi kalimat terakhir, kekhawatiran saya akan ketidakbecusan saya jadi orang tua jadi terobati karena ternyata stranger anxiety yang seperti Akram ini menunjukkan ikatan yang sehat antara saya dengan Akram :D Rupanya hal ini terjadi salah satunya adalah karena saya Full time Mother, yang hampir setiap hari 1×24 jam nempel terus sama Akram, jadi ada baiknya sering2lah ajak anak supaya biasa bertemu dengan orang baru atau lingkungan yang benar-benar asing untuk dia, supaya dia bisa cepat belajar bersosialisasi.

Sebagai orangtua, saya belajar, pentingnya menyiapkan mental untuk kondisi semacam Itu! Mulai dari Kenali perilaku anak, mengenali kondisi diri sendiri, dan tentunya menghadapi komentar orang2 di sekitar hehe.. dan bersyukurlah.. jaman kita udah ada paman google :D, segera googling untuk cari tau penyebabnya, setelah kita tau, pasti akan lebih tenang mengatasi kondisi yang terjadi. Dan tentunya dukungan sang Ayah tidak kalah penting dalam prosesnya J (Makasih ya Ayah ;))

Lagi-lagi, banyak-banyaklah membaca teori parenting, atau mendengar sharing ibu-ibu lainnya, supaya nanti ketika berhadapan dengan kondisi yang serupa atau yang tak diduga2, maka teori akan membantu kita untuk lebih baik menjalani proses dan berpengalaman :D  ibarat kita belajar sepeda, mau kaya apa kita menguasai teori kalau belum coba mengayuh langsung sepedanya dan belum jatuh ya namanya belum afdol belajarnya :D.

Ingat selalu statement ini : Jadi Orang tua itu harus bisa sabar dan menghargai proses, jangan melulu ingin cepat dapat hasilnya. Saya mengamini statement itu, karena berdasarkan apa yang saya alami, anak memang butuh waktu untuk benar2 mengerti dan melakukan apa yang kita ajarkan. Jadi bersabarlah! (Talk to myself ya! Ayoo Sabar!! :D)

Semoga Fase Stranger Anxiety Akram cepat lewat.. Woooossssshh…. Amiiin

Jika ada yang mengalami kondisi serupa, silakan buka link di bawah ini, sangat berguna untuk mengetahui lebih jauh stranger anxiety pada anak dan cara2 mengatasinya ;)

http://www.whattoexpect.com/toddler-behavior/toddler-stranger-anxiety.aspx

http://www.babycenter.com/0_anxiety-in-toddlers_11551.bc